IV. Stroke
Survivor
Stroke adalah gejala berkurangnya fungsi
susunan saraf,otak. Penyakit
ditandai dengan kematian sebagian jaringan otak yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah yang membawa oksigen ke otak karena penyumbatan atau perdarahan pada
pembuluh darah.
Dikenal 2 macam stroke yaitu
stroke iskemik yang disebabkan penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh
darah atau bekuan darah yang menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Dan stroke
hemorragik dimana pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah dan
darah merembes ke dalam suatu daerah di otak.
Uniknya
penyakit stroke ini memberikan efek yang berbeda-beda pada penderitanya.
Seorang penderita stroke dapat mengalami gangguan kelumpuhan sebagian anggota
badan, kesulitan berbicara, gangguan memori ingatan dan lain sebagainya.
Beberapa faktor yang menyebabkan stroke adalah faktor medis dan faktor perilaku. Faktor medis seperti hipertensi
(tekanan darah tinggi), kolesterol, gangguan jantung, pengerasan pembuluh darah. Sedangkan faktor perilaku adalah kebiasaan merokok, makanan yang
tidak sehat, kurang olah raga dan sebagainya.
Stroke survivor diartikan sebagai orang yang
bertahan hidup dengan menyandang stroke.
Umumnya jika berbicara hal yang berkaitan dengan stroke adalah kendala dalam berjalan, mulut yang bengo, tangan
yang kaku tidak sempurna, berkomunikasi yang terkendala karena gangguan berpikir dan berbicara. Saya beruntung stroke yang saya alami adalah
iskemik, penyumbatan bukan perdarahan sehingga tidak memerlukan operasi di
kepala. Stroke hanya
membuat lumpuh anggota badan sebelah kiri yang menyebabkan kesulitan berjalan dan kesulitan berbicara pada awalnya.
Yang saya alami adalah kelumpuhan kaki kiri dan
tangan kiri, kemudian berlanjut menjadi kaku sehingga terkendala dalam berjalan.
Tangan dan kaki kiri terasa berat dengan posisi yang cenderung menarik ke
dalam, berbicara
yang tidak lancar. Beruntung
saya masih bisa berpikir dan memori yang masih baik,
serta tangan dan kaki
yang kuat namun kaku. Menurut terapis, tangan dan kaki yang kuat walaupun
kaku adalah aset yang baik untuk dilatih, dibandingkan dengan tangan atau kaki yang kondisinya lemas.
Ketika melakukan kontrol di klinik spesialis, saya
berkesempatan mengenal beberapa penyandang stroke. Saya melihat ada yang dalam kondisi lemah dan disertai kesulitan berbicara karena
gangguan pada selaput suaranya, juga ada yang tidak bisa menahan keinginan kencing dan
sebagainya. Saya juga demikian, berbicara agak pelo, berjalan harus menggunakan tongkat, tapi saya tidak menahan keinginan kencing terlalu
lama. Jika saya
menahan kencing terlalu lama, maka saya akan lebih sulit berjalan untuk ke kamar
mandi.
Saya
bersemangat untuk sembuh. Dalam pikiran saya, masih untung saya yang sakit, saya
lebih khawatir jika orang-orang yang saya cintai seperti isteri atau anak-anak saya yang sakit. Terkadang saya merasa
akan lebih tahan, lebih bisa menerima kenyataan jika saya sendiri yang sakit.
Dari awalnya lumpuh total anggota badan sebelah kiri kemudian sedikit demi sedikit dilatih dapat bergerak namun juga menjadi lebih
kaku. Kekakuan dengan otot yang tidak terkontrol sepertinya harus dilawan dengan kemauan pikiran dan dengan latihan peregangan
yang rutin. Jika otot kita terasa kaku, kemudian kita menenangkan pikiran dan
menepuk-nepuk otat itu dengan lembut, rasanya kekakuan atau kejangnya otot itu
berkurang.
Saya sadar stroke
menyebabkan otot akan mengkerut, berkontraksi ketika kita mencoba menggerakkan tangan atau
kaki. Jika misalnya
tangan kiri secara tiba-tiba digerakkan untuk meninju, seketika ada gerakan
otot yang menariknya kembali, melawan sehingga jangkauan tangan tidak penuh. Hal ini jika tidak
dilatih akan menimbulkan
kekakuan yang permanen, sesak dan ketat. Ketika otot tidak dapat menuntaskan
gerakannya, jaringan halus yang mengelilingi otot akan menjadi ketat. Hal ini
membuat peregangan otot menjadi lebih sulit. Jika dibiarkan tidak dilatih, otot akan kaku secara permanen dan akan menyakitkan.
Kekakuan pada tangan dapat menyebabkan
kepalan tangan ketat, siku lengan yang membengkok dan lengan tangan menekan ke
dada. Semuanya akan berpengaruh kepada penyandang stroke dalam kemampuan beraktivitas
sehari-hari seperti misalnya berpakaian. Kekakuan atau kejang pada kaki dapat menyebabkan lutut sulit ditekuk, ujung kaki atau jari kaki melengkung. Saya tidak ingin seperti
itu,
maka saya akan selalu berlatih. Stroke
memang harus dilawan, walau nasi sudah jadi bubur saya akan tetap semangat.
Berbagai cara mungkin dapat dilakukan untuk mencegah
gangguan tersebut di atas, seperti tusuk jarum atau totok darah, tapi saya tetap memilih latihan fisik dan peregangan. Terapi dapat
dilakukan sendiri atau dengan bantuan terapis agar dapat terpelihara gerakan otot
yang penuh sehingga mencegah penciutan otot yang permanen. Sedapat mungkin
tangan kiri yang kaku dibiasakan untuk selalu turun di bawah, karena secara
tidak sadar tangan kiri cenderung tertarik ke atas, dekat ke dada.
Tetap bekerja walaupun menyandang
stroke
Hanya sebulan saya cuti kerja dan tidak ingin diperpanjang
izin cuti sakit saya. Saya pergi bekerja dengan menggunakan tongkat, naik sepeda motor dengan membonceng anak saya
Widya. Kebetulan sepeda
motor anak saya adalah Yamaha Mio, cukup pendek, sehingga saya mampu naik dari
pinggir sepeda motor untuk duduk di belakang. Sekali lagi ini benar merupakan hal
saya anggap misteri, anak saya, sekantor dengan saya, seruangan dengan saya. Belum setahun anak saya bekerja, saya terkena serangan stroke. Dengan adanya
anak saya yang sekantor, maka
hal ini lebih
memudahkan bagi saya untuk bekerja walaupun menyandang
stroke..
Saya masih bisa
bekerja, masih sanggup melakukan pekerjaan
dengan kompetensi yang saya miliki, yang berhubungan dengan instrumentasi
elektronika nuklir. Juga masih bisa mengajar dalam suatu pelatihan ataupun
membuat makalah untuk presentasi. Walaupun ada kendala fisik termasuk
dalam berbicara,
tapi semuanya dapat diatasi.
Ruangan tempat saya bekerja berada di tingkat 3 dalam suatu gedung yang tidak mempunyai lift, melainkan hanya tangga lantai dengan pegangan kayu di kedua sisinya. Saya naik menuju ruangan saya bekerja menggunakan tangga lantai, berjalan dengan tangan
kanan yang sehat memegang pegangan kayu tangga di sisi kanan dan tangan
kiri memegang tongkat. Demikian juga waktu turun tangga memilih dari sisi lain
agar tangan bisa memegang pegangan kayu tangga. Hal ini sangat bermanfaat
sebagai latihan untuk memperkuat kaki dalam melangkah. Saya hanya kesulitan pada awalnya, jika
menaiki tangga yang tidak mempunyai pegangan, seperti misalnya dari luar masuk
ke kantin yang tempatnya lebih atas dan
hanya melalui lantai bertingkat saja.
Belajar menggunakan sandal jepit,
sendok dan garpu
Stroke memang membuat saya jadi terbatas dalam bergerak. Kaki kiri saya tidak bisa menggunakan sandal jepit dengan
baik, selalu
terlepas. Oleh
karena itu agar tidak lepas maka sandal jepit untuk kaki kiri diberi untaian karet gelang untuk dikaitkan kebagian belakang tumit kaki saya. Alhamdulillah, saya bisa memakai sandal jepit sedikit lebih baik.
Untuk berlatih berjalan di rumah saya tidak menggunakan alas kaki
dan untuk berlatih menggerakkan tangan seperti yang dilakukan sebagai terapi
okupasi dilakukan dengan
duduk di kursi. Pola gerakan tangan yang saya lakukan selalu bertambah dari waktu ke
waktu seiring dengan adanya orang yang memberi tahu tentang terapi stroke, ataupun yang saya rasakan sendiri
sebagai kekurangan jika dibandingkan dengan tangan kanan yang sehat. Tapi benarlah
menggerakkan jari atau gerakan-gerakan halus ternyata lebih sulit, seperti
misalnya memungut barang yang kecil dengan menggunakan jari tangan kiri.
Saya tetap tekun berlatih, yang penting bisa dulu kemudian diteruskan agar
gerakan jadi lebih baik. Seperti menutup
lima jari tangan atau membuka
lima jari tangan secara bersamaan sangat susah, selalu ada jari yang ketinggalan. Lama berlanjut, akhirnya saya bisa juga, dan lucunya saya tidak menyadari kapan tepatnya jadi
bisa.
Saya berlatih makan menggunakan sendok dan garpu. Jari tangan kiri terasa masih lemah dan sulit
memegang garpu, maka saya membalut gagang garpu dengan balutan selotip supaya menjadi agak besar sehingga
lebih memudahkan saya memegangnya dengan jari. Berangsur-angsur saya mengurangi banyaknya balutan selotip pada gagang garpu dan akhirnya saya mampu
memegang garpu secara normal.
Saya pun berlatih menggunakan sepeda statis yang kebetulan
diberi pinjam oleh teman anak saya. Ternyata yang terasa sangat lemah
adalah ujung jari kaki. Dengan tekun saya
berlatih sedikit demi sedikit sehingga ujung jari kaki terasa lebih kuat. Melatih kekuatan tangan secara utuh
saya lakukan dengan
menarik-narik stang sepeda statis dalam berbagai posisi tangan. Memang terasa
lebih
kuat namun kakunya tangan tetap masih terasa.
Gambar IV.1 Latihan dengan sepeda statis
Tiga bulan setelah stroke
Setelah tiga
bulan saya menyandang stroke, frekuensi terapi
dengan terapis dari Rumah Sakit Advent saya kurangi jadi 1 minggu satu kali,
seiring dengan menipisnya kondisi keuangan saya. Selama saya bekerja terlihat
bahwa kaki kiri saya yang sakit sering bengkak pada sore hari setelah pulang
kantor. Namun dokter maupun terapis mengatakan
hal itu bukan disebabkan penyakit seperti diabetes dan yang lainnya
karena haya terjadi pada kaki yang sebelah saja, tapi mungkin karena melakukan
aktifitas kerja dengan duduk terlalu lama, kaki tergantung terlalu lama.
Sebenarnya saya bekerja tidak
selamanya duduk, sering juga saya berdiri atau berjalan di laboratorium
instrumentasi elektronika tempat saya bekerja. Tapi yang saya simpulkan adalah mungkin karena emosi dan pikiran yang tercurahkan saat saya
bekerja. Ini saya bandingkan dengan apabila pada hari libur dimana saya
merasakan suasana rileks, kaki saya tidak
membengkak.
Saya
merasa banyak perkembangan pada kondisi saya, mampu melakukan shalat secara
normal tidak duduk dan ikut shalat Jum’at di mesjid pun bisa. Malah berat badan
sayapun bertambah, karena saya memang suka makan. Pernah teman saya di kantor
mengatakan, “pa Didi sakit tapi badannya tambah gemuk”.
Saya menyempatkan pergi berlibur ke rumah saudara di
Tangerang, berjam-jam saya duduk di mobil tidak terlihat kaki saya bengkak,
karena saat itu saya merasakan suasana rileks. Di dalam mobil saya duduk biasa, terkadang bersandar di kursi
dengan kaki terangkat, atau mungkin juga karena kaki saya mendapat getaran
ketika duduk di mobil yang berjalan, maka kaki saya tidak membengkak.
Dalam bepergian saya selalu memperhitungkan kondisi saya
karena saat itu saya masih belum bisa bertahan lama berjalan dan belum
dapat menahan keinginan pipis terlalu lama. Saya mengatur
diri agar sebisa mungkin tidak pipis dalam perjalanan. Biasanya kalau bepergian saya
membawa tongkat, selain membantu cepat dalam berjalan, juga untuk sebagai tanda bahwa saya
mempunyai kendala. Hal ini penting untuk mengingatkan agar orang lain maklum bahwa
ada orang yang mempunyai kendala. Misalnya saja jika saya naik angkutan kota, hal ini sedikit akan
mengurangi sikap ugal-ugalan pengemudi angkutan kota.
Rileks adalah saat yang menyenangkan
bagi penderita stroke. Secara bertahap sayapun
belajar untuk menahan keinginan pipis sekedar mampu menahan untuk pergi ke toilet.
Gambar
IV.2 Bepergian ke luar kota
Stroke masih menggangu kelancaran saya
berbicara, walaupun mulut saya tidak bengo saya berbicara masih agak pelo. Untuk berbicara
agak baik bisa diusahakan dengan berbicara \lebih tenang. Kebetulan saya suka membaca sajak, maka saya lakukan membaca sajak dengan
suara keras. Saya senang melakukannya, walaupun saya sudah berumur senja, saya
suka membaca sajak karya Chairil Anwar seperti sajak “AKU” dan “Beta
Pattirajawane”, “Krawang-Bekasi”. Saya bersemangat dan memanfaatkan
waktu di tiap kesempatan untuk berlatih. Isteri sayapun memaklumi jika saya
sedang berlatih bicara dengan membaca sajak dengan suara keras.
Orang stroke jangan dibuat kaget
Orang dengan
menyandang stroke sangat sensitif terhadap kejutan-kejutan termasuk
suara keras yang tiba-tiba. Suatu malam saya berjalan
tertatih-tatih menuju lemari di ruang tamu untuk menyimpan handphone (hp).
Sesampainya di dekat lemari saya menelusuri lemari
untuk menyimpan hp saya, . Tiba-tiba hp isteri saya yang juga biasa disimpan di lemari berbunyi, langsung saya terpelorot
jatuh sehingga isteri saya kaget dan terbangun. Masih untung jatuhnya tidak langsung
karena masih ada lemari sebagai sandaran.
Ada juga pengalaman yang menarik
saat saya masih sekitar 4 bulanan menyandang stroke. Suatu hari saya sedang berusaha membetulkan monitor komputer saya di ruang tamu, saya bekerja
dengan penuh perhitungan, mengangkat membolak-balik monitor dengan sangat
hati-hati.
Seketika hujan turun secara tiba-tiba dan cukup besar. Setelah agak
lama, isteri
saya mendengar suara berisik di kamar, maka ia pergi ke kamar. Sesampainya di
kamar ia berteriak karena ternyata terjadi bocor besar sampai ke kasur dan
buku-buku yang di rak buku basah kena air. Spontan saya beranjak ke luar untuk mematikan pemutus listrik karena khawatir terjadi hubung-singkat listrik.
Kemudian saya menuju kamar untuk membantu isteri saya memindahkan kasur, buku-buku yang basah kena air. Isteri saya mencegah saya untuk
membantunya karena takut saya terpeleset jatuh, namun saya memaksanya. Tiba-tiba terdengar suara
petir menggelegar sangat keras dan seketika itu saya
terjatuh karena kaget. Saya jatuh tapi langsung bisa bangkit kembali. Saya sadar ternyata saya masih rapuh, dengan
suara petir pun saya terjatuh. Akhirnya saya duduk saja menyaksikan isteri dan anak saya
bekerja mengeluarkan barang barang dari kamar.
Kalau
ada sesuatu kejadian dan saya melihatnya langsung terlebih dahulu, tidak
membuat saya kaget. Tapi jika sesuatu terjadi tanpa saya sadari dari awal, saya
akan terkejut dan goyah. Misalnya saya sedang berjalan dengan penuh
konsentrasi, tiba tiba ada suara orang yang berjalan di belakang saya, menyapa,
“sehat pa” atau “jalan jalan pa”, walaupun dengan suara lembut, saya akan
kaget, goyah seketika.
Rasa
kaget dan kesal juga terjadi bila di jalan, pengendara mobil atau pengendara sepeda motor membunyikan klakson yang
sebenarnya tidak terlalu perlu, mengganggu ketenangan yang bisa berakibat buruk, terutama bagi
orang yang sedang sakit.
Bagaimana latihan terapi stroke
Saya mengikuti
anjuran dr Anam untuk melakukan terapi keterampilan tangan di bagian
Rehabilitasi Medik RSHS. Tujuan dari rehabilitasi medik membantu pasen yang mempunyai
kendala fisik
untuk mampu mandiri, melakukan pekerjaan
sehar-hari. Berbagai fasiltas terapi
disediakan disana, seperti untuk terapi berbicara, terapi keterampilan tangan,
terapi belajar berjalan, terapi dengan pemanasan menggunakan sinar infra merah
dan sebagainya.
Sebelum melakukan terapi di fasilitas tertentu,
dilakukan pemeriksaan dulu di ruangan para dokter, bisa jadi mereka adalah para
dokter yang sedang mengambil spesialis syaraf. Kemudian nanti setelah diuji
oleh dokter, direkomendasikan di fasilitas mana pasen harus melakukan terapi.
Di
ruangan para dokter, saya diuji berbagai hal seperti, keseimbangan dalam
berdiri. Disuruhnya saya berdiri kemudian didorongnya badan saya perlahan,
bagaimana saya bisa menahan dorongan. Diujinya memori ingatan, dengan mengulang
beberapa kata yang sebelumnya diucapkan dokter, menyuarakan berbagai kata,
menggerakkan tangan dan jari, dan sebagainya. Kemudian setelah itu dilakukan
terapi di fasilitas tertentu yang dianjurkan. Saya lebih banyak melakukan
terapi keterampilan tangan atau terapi
okupasi.
Terapi
okupasi dilakukan di bagian Rehabilitasi Medik dengan pak Kurniawan sebagai terapis,
dilakukan seminggu 1 kali. Tujuannya adalah agar si penderita bisa mandiri
seperti makan, minum, memakai baju, mandi dan sebagainya. Terapi diawali dengan
cara duduk yang benar agar tidak membahayakan bagi penderita stroke, senam
pemanasan yang utamanya menggerakan tangan secara keseluruhan dengan berbagai
pola. Kemudian dilanjutkan dengan melatih keterampilan tangan kiri yang sakit,
seperti memungut benda dengan jari dan memindah-mindahkannya, menumpuk beberapa
gelas plastik dan melepasnya kembali dari tumpukan.
Pada
latihan-latihan minggu berikutnya,
gerakan bertambah lagi seperti gerakan melap meja, menggunakan jepitan,
memelintir beban agar bisa maju atau mundur, memasang dan melepas mur-baut,
menangkap bola yang dilempar dan sebagainya, persis seperti anak-anak kecil
bermain. Saya tidak melupakan sarapan pagi agar cukup punya energi untuk
melakukan latihan.
Bukan hasil yang menjadi target dalam latihan gerakan, tapi proses dalam melakukan gerakan
itu berjalan dengan benar dengan sikap yang benar, seperti layaknya dilakukan orang yang sehat. Jika dalam latihan merasa lelah, saya berhenti sejenak dengan menarik
nafas panjang, mengisap melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut. Cukup
menyenangkan dan saya bersemangat melakukannya karena saya ingin sembuh agar tetap bisa
mandiri. Gerakan dalam terapi cukup sederhana dan alat yang digunakan juga m
didapat, sehingga saya juga bisa melakukannya sendiri di rumah.
Benar kata orang bahwa stroke harus dilawan, posisi anggota
badan yang cenderung tidak baik karena stroke harus dilawan. Diubah menurut pikiran kita bagaimana sikap
yang
benar. Selalu harus diusahakan untuk ingat, dalam setiap kesempatan posisi badan
harus selalu tegak, demikian juga
tangan harus turun ke bawah, jangan dibiarkan tertarik ke dada. Memang kadang
kadang saya juga lupa membiarkan posisi tangan tertarik ke dada, dan itu manusiawi.
Dengan
latihan terapi okupasi, sepertinya kita melatih dan membiasakan cara alternatif
untuk mengerjakan sesuatu. Diibaratkan kita biasa pergi dari suatu tempat ke tempat lain menggunakan satu jalan tertentu. Kemudian
jalan tersebut rusak, maka kita menggunakan jalan yang lain dan membiasakannya
dengan tetap berjalan dengan benar, dengan cara yang benar.
Gambar
IV.4 Berlatih sendiri
Enam bulan setelah stroke
Ahli
terapi
pernah menjelaskan kepada saya bahwa periode yang paling baik untuk terapi stroke adalah enam (6) bulan pertama,
istilahnya adalah golden period. Artinya selama 6 bulan pertama itu akan
efektif untuk pemulihan, setelah itu pemulihan akan hanya sedikt saja hasilnya.
Saya tidak peduli, saya berlatih terus dengan semangat,
saya memisalkan seolah-olah golden period itu adalah selamanya. Enam
bulan pertama selesai sebagai golden
period maka 6 bulan berikutnya adalah
juga juga golden period.
Enam bulan setelah stroke seperti biasa saya secara
rutin kontrol ke klinik spesialis di RSHS
dengan dokter Anam, beliau mengatakan kepada saya bahwa gaya berjalan
saya tidak bagus dan akan melelahkan.
Gerakan yang saya lakukan adalah gerakan kompensasi sebagai penyandang stroke, agak diseret. Hal itu tidak benar, akan melelahkan dan akan
menimbulkan masalah kesehatan lain. Dokter melihat bahwa saya berjalan masih
sedikit menggunakan pinggul dan diseret.. Berjalan yang baik sepenuhnya
digerakkan oleh kaki serta ujung telapak kaki yang berfungsi menekan dan mengangkat.
Dokter Anam menyarankan saya untuk
berlatih gaya
berjalan (Gait Control) di Santi Physiotherapy Clinic yang berdomisili di Jalan Merdeka,
Bandung. Saya mengikuti sarannya dengan berlatih cara berjalan 1 kali seminggu
dengan terapis bernama Bemi, seorang muda yang enerjik dan berlangsung kira kira 3
bulanan.
Latihan
gaya berjalan dimulai dengan pemanasan kaki menggunakan sinar infra merah,
kemudian dilanjutkan peregangan serta latihan menggerakan kaki, sesudah itu
barulah berlatih berjalan. Latihan gaya berjalan di antara 2 batang besi
panjang di sisi kiri dan kanan sebagai pengaman. Berlatih bagaimana berjalan
dengan benar, melangkah dan mengangkat kaki dengan otot kaki, bukan dengan
badan atau pinggul. Juga dilatih bagaimana kaki melangkahi rintangan.
Kalau disimpulkan, selama enam bulan
pertama saya berlatih cukup banyak, berlatih untuk kuat dahulu, kemudian secara
bertahap saya memperbaiki gerakan, baik tangan maupun kaki. Tiap hari saya
tidak melewatkan berlatih sendiri menggerakan tangan, bahkan terkadang 2 kali sehari
dilakukan pada pagi hari dan sore. Kemudian malam hari menjelang tidur, kaki saya diterapi oleh anak bungsu saya, Listya namun tidak sepenuhnya seperti yang
dilakukan oleh terapis dari Rumah Sakit Advent.
Memang
bagi anak perempuan saya, cukup berat mengangkat-angkat kaki saya yang berat dan
kaku. Menerapi kaki saya terkadang sampai tak terasa saya tertidur. Anak saya
mengatakan, jika saya sudah tertidur, menggerakan kaki saya lebih mudah, lebih
ringan. Jadi berarti, kekakuan kaki akan berkurang jika pikiran rileks,
berkonsentrasi untuk rileks.
Di tempat tidur pun saya sering
berguling-guling seperti anak kecil, saya buat kedua kaki saya beradu seolah
bercengkrama antara kedua kaki saya, demikian juga dengan kedua tangan saya.
Pada prinsipnya saya ingin seluruh anggota badan saya baik yang sakit ataupun
yang sehat, selalu saling bantu membantu, berinteraksi. Sungguh tindakan yang
didasarkan pada perasaan saya, bebas
bergerak berguling-guling
seperti anak
kecil bermain.
Saya pernah tanya dokter saya apakah
rasa berat kaki dan tangan
yang saya alami ini bisa hilang. Dokter hanya bilang, “sudahlah jangan pikirkan itu, yang
harus disadari adalah bahwa anda sekarang hidup dengan menyandang stroke”. Tapi ada juga jawaban yang membesarkan hati seperti “ingatlah ketika anda datang pertama untuk terapi, apa yang bisa anda lakukan
dan bandingkan dengan sekarang apa yang bisa anda lakukan”. Ini jawaban logis, menambah
semangat dan saya
yakin bahwa saat mendatang, saya akan bisa lebih baik lagi.
Saya juga pernah bertanya apakah
sakit stroke ini bisa berulang. Dokter menjawab bisa berulang dalam
periode 2 atau 5 tahun. Kalau begitu kemungkinannya, saya harus berusaha untuk segera
sehat dulu, untuk mengantisipasi jika seandainya serangan stroke datang lagi.
Itulah semangat yang selalu ingin
saya pelihara, saya harus sehat kembali, lebih cepat lebih baik. Saya tidak
peduli saat saya berjalan ada orang yang memperhatikan, tetap saja berjalan
dengan penuh konsentrasi.
Demikianlah selama 6 bulan pertama sebagai periode yang disebut sebagai golden
period, saya giat berlatih dengan semangat dan dukungan keluarga. Saya
berlatih setahap demi setahap, saya selalu ingat pepatah dari negeri Tiongkok yang mengatakan, “Thousand miles of journey begins with a single step’, seribu mil perjalanan dimulai dengan
satu langkah yang kecil. Saya selalu
ingin punya semangat walau saya tahu bahwa setiap orang juga akan lemah tak berdaya kemudian
kaku nanti di akhir hayatnya, mati.
Tidak melewatkan kesempatan olah
raga sebagai terapi. Olah raga jadi segar, tidak ada istilah setelah olah raga
jadi ngantuk atau lemas. Selang dalam olahraga dilakukan dengan menarik nafas
panjang, menarik
nafas dengan hidung, mengeluarkan nafas melalui mulut.
Tanggal 2 September 2009 di bulan
puasa sekitar jan 14.50 terjadi gempa yang berpusat di laut sekitar 140 km dari kota
Tasikmalaya. Saat itu saya bersiap mau pulang karena di bulan puasa hari kerja
kantor dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Guncangan gempa terasa
sangat kuat dan mengkhawatirkan karena tempat kerja saya saat itu di lantai 3,
tapi saya tidak terlalu gugup menghadapi gempa. Ketika banyak orang berlari keluar
gedung, saya tidak ikut berlari keluar, tapi pergi ke meja dekat jendela sambil
berpegangan pada meja dan kusen jendela, saya merasakan guncangan gempa. Jika perlu
saya akan berlindung di bawah meja.yang dekat ke jendela.
Tapi tiba-tiba rekan kerja yunior saya masuk ke ruangan
untuk mengajak saya ke luar ruangan dan saya menolak. Sebaliknya saya menyuruh dia keluar ruangan
menyelamatkan diri dan saya tetap akan berada dekat jendela walaupun atap eternit depan pintu ruangan saya sudah
berjatuhan. Tak lama kemudian anak saya, Widya masuk juga ke ruangan untuk menyuruh
saya begegas ke luar ruangan, namun tetap saya bersikeras untuk tetap berada di
dekat jendela dan sebaliknya menyuruh mereka untuk bergegas ke luar gedung. Namun saya berpikir,
kelihatannya mereka tidak mau ke luar dan untuk meredakan suasana akhirnya saya
mengalah terpaksa mengikuti sarannya bergegas ke luar gedung dengan langkah
tertatih tatih dari lantai tingkat ketiga.
Dalam perjalanan ke luar gedung
terasa goncangan gempa masih berlangsung. Akhirnya saya selamat sampai di luar
gedung sebagai orang yang terakhir. Saya keluar masih sambil tertawa. Menghadapi situasi tersebut saya
sedikitpun tidak merasa takut, tidak merasa gugup, mungkin karena saya sudah dari awal
menyadarinya ada kejadian gempa, dan saya menyandang stroke, sudah tidak mungkin
bisa lari.
( Lebih baik sedikit demi sedikit jadi pulih daripada tidak
melatih gerakan sehingga lama lama menjadi kaku)
Ilmu Nur Muhammad saya buat untuk menghadapi Fenomena Gaib akhir zaman karena banyak saudara kita yang menjadi korban atas keganasan fenomena gaib ini :
BalasHapus* Sering sakit kembung seperti masuk angin
* Sakit lambung disertai sendawa terus menerus
* Sesak nafas seperti orang terkena asma
* Kepala sakit dan tulang nyeri
* Ada benjolan kecil berupa daging tumbuh dalam tubuh
* Penyumbatan pembuluh darah
* Mirip dengan kanker payudara dan hati
* Badan lesu, lemah seperti terkena thypes
* Timbul rasa was was, cemas, gelisah dengan tiba – tiba
* Lumpuh mirip stroke
* Ambien tak kunjung sembuh
* Pilek menahun
* Paranoid
* Rasa ingin bunuh diri dan Gila tanpa sebab
* Sakit dikemaluan dan ada benjolan ditestis
* Dada nyeri sebelah kiri dan kanan seperti terkena serangan jantung
* Ulu hati terasa sakit
* Emosi tak terkendali
Inilah beberapa fenomena gaib yang menyerang umat manusia saat ini, bila di cek secara fisik / medis terlihat, jika diminumkan obat tidak ada reaksi dari obat tersebut, apabila dibawa ke seorang praktisi / paranormal seperti santet tapi bukan santet, sihir, teluh atau guna – guna ( INGAT !!!, ini bukan terkena ilmu hitam ) , memang konsepnya seperti ilmu hitam, jika anda berfikir ini santet dll anda sudah masuk dalam jebakan demit, memang ini tujuannya agar umat manusia saling menuduh satu dengan yang lainnya.
dibawa keahli ruqiah seperti terkena ain / ghalian, hilang saat itu juga 2 atau 3 hari datang lagi, posisi sakit bisa ditempat yang sama / pindah ditempat lain
Tidak hanya fisik saja bahkan ada yang diuji secara ekonomi sulitnya mendapat uang hingga timbul rasa ingin melakukan tindakan kejahatan dan rumah tangga dibuat berantakan suami ribut dengan istri, anak sulit diatur dll
” Untuk anda yang belum terinfeksi diharapkan banyak amalkan surat Al – Kahfi ayat 1 s/d 10 dan ayat 101 / 110 ”
Manfaat Nur Muhammad :
– Mampu menghancurkan Khodam dan Sihir Jarak Jauh
– Mampu membakar khodam musuh dan meyerang dari jarak jauh bahkan mampu membakar raja jin
– Terhindar dari fitnah dajjal
– Menjadi manusia insan sejati yang mencapai tingkatan luhur di sisi Allah SWT
– Insya Allah terbebas dari perhitungan hisab alam kubur, dan mencapai sirathal mustaqim
– Memiliki tingkatan kecerdasan pencerahan spiritual yang tinggi sehingga dapat membimbing seluruh umat manusia dari berbagai golongan agama, untuk menuju ke alam pencerahan sejati ( Nur Muhammad )
– Mampu menundukan mahluk gaib dari bangsa jin, siluman, iblis
– Mampu mengobati penyakit medis dan non medis
– Mendeteksi penyakit medis dan non medis
– Mengikis hawa nafsu hingga tingkat terdalam
Syarat & Ketentuan :
– Bisa datang langsung / Jarak Jauh
– ADA PANTANGAN
– KHUSUS MUSLIM
– Kirimkan nama lengkap dan nama ibu kandung
Note : Semua keilmuan Kanjeng Yunita diadakan pembuktian / dipraktekkan langsung semua keilmuan bisa ditajrib ( dibuktikan )
0813 1482 1884
http://kanjengyunita.com/2016/11/07/ilmu-nur-muhammad/
Terimakasih sarannya.
Hapus