Selamat Datang

Terimakasih anda mengunjungi blog saya.

Sabtu, 24 Oktober 2015

The second life 4






IV.   Stroke Survivor
    Stroke adalah gejala berkurangnya fungsi susunan saraf,otak. Penyakit ditandai dengan kematian sebagian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah yang membawa oksigen ke otak karena penyumbatan atau perdarahan pada pembuluh darah.
    Dikenal 2 macam stroke yaitu stroke iskemik yang disebabkan penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Dan stroke hemorragik dimana pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak.
Uniknya penyakit stroke ini memberikan efek yang berbeda-beda pada penderitanya. Seorang penderita stroke dapat mengalami gangguan kelumpuhan sebagian anggota badan, kesulitan berbicara, gangguan memori ingatan dan lain sebagainya.
            Beberapa faktor yang menyebabkan stroke adalah faktor medis dan faktor perilaku. Faktor medis seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), kolesterol, gangguan jantung, pengerasan pembuluh darah. Sedangkan faktor perilaku adalah kebiasaan merokok, makanan yang tidak sehat, kurang olah raga dan sebagainya.
    Stroke survivor diartikan sebagai orang yang bertahan hidup dengan menyandang stroke. Umumnya jika berbicara hal yang berkaitan dengan stroke adalah kendala dalam berjalan, mulut yang bengo, tangan yang kaku tidak sempurna, berkomunikasi yang terkendala karena  gangguan berpikir dan berbicara. Saya beruntung stroke yang saya alami adalah iskemik, penyumbatan bukan perdarahan sehingga tidak memerlukan operasi di kepala. Stroke hanya membuat lumpuh anggota badan sebelah kiri yang menyebabkan kesulitan berjalan dan kesulitan berbicara pada awalnya.
            Yang saya alami adalah kelumpuhan kaki kiri dan tangan kiri, kemudian berlanjut menjadi kaku sehingga terkendala dalam berjalan. Tangan dan kaki kiri terasa berat dengan posisi yang cenderung menarik ke dalam, berbicara yang tidak lancar. Beruntung saya masih bisa berpikir dan memori yang masih baik, serta tangan dan kaki yang kuat namun kaku. Menurut terapis, tangan dan kaki yang kuat walaupun kaku adalah aset yang  baik untuk dilatih, dibandingkan dengan tangan atau kaki yang kondisinya lemas.
            Ketika melakukan kontrol di klinik spesialis, saya berkesempatan mengenal beberapa penyandang stroke. Saya melihat ada yang dalam kondisi lemah dan disertai kesulitan berbicara karena  gangguan pada selaput suaranya, juga ada yang tidak bisa menahan keinginan kencing dan sebagainya. Saya juga demikian, berbicara agak pelo,  berjalan harus menggunakan tongkat, tapi saya tidak menahan keinginan kencing terlalu lama. Jika saya menahan kencing terlalu lama, maka saya akan lebih sulit berjalan untuk ke kamar mandi.
            Saya bersemangat untuk sembuh. Dalam pikiran saya, masih untung saya yang sakit, saya lebih khawatir jika orang-orang yang saya cintai seperti isteri atau anak-anak saya yang sakit. Terkadang saya merasa akan lebih tahan, lebih bisa menerima kenyataan jika saya sendiri yang sakit.
            Dari awalnya lumpuh total anggota badan sebelah kiri kemudian sedikit demi sedikit dilatih dapat bergerak namun juga menjadi lebih kaku. Kekakuan dengan otot yang tidak terkontrol sepertinya harus dilawan dengan  kemauan pikiran dan dengan latihan peregangan yang rutin. Jika otot kita terasa kaku, kemudian kita menenangkan pikiran dan menepuk-nepuk otat itu dengan lembut, rasanya kekakuan atau kejangnya otot itu berkurang.
    Saya sadar stroke menyebabkan otot akan mengkerut, berkontraksi ketika kita mencoba menggerakkan tangan atau kaki. Jika misalnya tangan kiri secara tiba-tiba digerakkan untuk meninju, seketika ada gerakan otot yang menariknya kembali, melawan sehingga jangkauan tangan tidak penuh. Hal ini jika tidak dilatih akan menimbulkan kekakuan yang permanen, sesak dan ketat. Ketika otot tidak dapat menuntaskan gerakannya, jaringan halus yang mengelilingi otot akan menjadi ketat. Hal ini membuat peregangan otot menjadi lebih sulit. Jika dibiarkan tidak dilatih, otot akan kaku secara permanen dan akan menyakitkan.
    Kekakuan pada tangan dapat menyebabkan kepalan tangan ketat, siku lengan yang membengkok dan lengan tangan menekan ke dada. Semuanya akan  berpengaruh kepada penyandang stroke dalam kemampuan beraktivitas sehari-hari seperti misalnya berpakaian. Kekakuan atau kejang pada kaki dapat menyebabkan lutut sulit ditekuk, ujung kaki atau jari kaki  melengkung. Saya tidak ingin seperti itu, maka saya akan selalu berlatih. Stroke memang harus dilawan, walau nasi sudah jadi bubur saya akan tetap semangat.
    Berbagai cara mungkin dapat dilakukan untuk mencegah gangguan tersebut di atas, seperti tusuk jarum atau totok darah,  tapi saya tetap memilih latihan fisik dan peregangan. Terapi dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan terapis agar dapat terpelihara gerakan otot yang penuh sehingga mencegah penciutan otot yang permanen. Sedapat mungkin tangan kiri yang kaku dibiasakan untuk selalu turun di bawah, karena secara tidak sadar tangan kiri cenderung tertarik ke atas, dekat ke dada.
Tetap bekerja walaupun menyandang stroke
   Hanya sebulan saya cuti kerja dan tidak ingin diperpanjang izin cuti sakit saya. Saya pergi bekerja dengan menggunakan  tongkat, naik sepeda motor dengan membonceng anak saya Widya. Kebetulan sepeda motor anak saya adalah Yamaha Mio, cukup pendek, sehingga saya mampu naik dari pinggir sepeda motor untuk duduk di belakang. Sekali lagi ini benar merupakan hal saya anggap misteri, anak saya, sekantor dengan saya, seruangan dengan saya. Belum setahun anak saya bekerja, saya terkena serangan stroke. Dengan adanya anak saya yang sekantor, maka hal ini lebih memudahkan  bagi saya untuk bekerja walaupun menyandang stroke.. Saya masih bisa bekerja, masih sanggup melakukan pekerjaan dengan kompetensi yang saya miliki, yang berhubungan dengan instrumentasi elektronika nuklir. Juga masih bisa mengajar dalam suatu pelatihan ataupun membuat makalah untuk presentasi. Walaupun ada  kendala fisik termasuk dalam berbicara, tapi semuanya dapat diatasi.
   Ruangan tempat saya bekerja berada di tingkat 3 dalam suatu gedung yang tidak mempunyai lift, melainkan hanya tangga lantai dengan pegangan kayu di kedua sisinya. Saya naik menuju ruangan saya bekerja menggunakan tangga lantai, berjalan dengan tangan kanan yang sehat memegang pegangan kayu tangga di sisi kanan dan tangan kiri memegang tongkat. Demikian juga waktu turun tangga memilih dari sisi lain agar tangan bisa memegang pegangan kayu tangga. Hal ini sangat bermanfaat sebagai latihan untuk memperkuat kaki dalam melangkah. Saya hanya kesulitan pada awalnya, jika menaiki tangga yang tidak mempunyai pegangan, seperti misalnya dari luar masuk ke kantin yang tempatnya lebih atas dan  hanya melalui lantai bertingkat saja.
Belajar menggunakan sandal jepit, sendok dan garpu
   Stroke memang membuat saya jadi terbatas dalam bergerak. Kaki kiri saya tidak bisa menggunakan sandal jepit dengan baik, selalu terlepas. Oleh karena itu agar tidak lepas  maka sandal jepit untuk kaki kiri diberi untaian karet gelang untuk dikaitkan kebagian belakang tumit kaki saya. Alhamdulillah, saya bisa memakai sandal jepit sedikit lebih baik.
   Untuk berlatih berjalan di rumah saya tidak menggunakan alas kaki dan untuk berlatih menggerakkan tangan seperti yang dilakukan sebagai terapi okupasi dilakukan dengan duduk di kursi. Pola gerakan tangan yang saya lakukan selalu bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan adanya orang yang memberi tahu tentang terapi stroke, ataupun yang saya rasakan sendiri sebagai kekurangan jika dibandingkan dengan tangan kanan yang sehat. Tapi benarlah menggerakkan jari atau gerakan-gerakan halus ternyata lebih sulit, seperti misalnya memungut barang yang kecil dengan menggunakan jari tangan kiri.
   Saya tetap tekun berlatih, yang penting bisa dulu kemudian diteruskan agar gerakan jadi lebih baik. Seperti menutup  lima jari tangan atau  membuka lima jari tangan secara bersamaan sangat susah, selalu ada jari yang ketinggalan. Lama  berlanjut, akhirnya saya bisa  juga, dan lucunya  saya tidak menyadari kapan tepatnya jadi bisa. 
   Saya berlatih makan menggunakan sendok dan garpu. Jari tangan kiri terasa masih lemah dan sulit memegang garpu, maka saya membalut gagang garpu dengan balutan selotip supaya menjadi agak besar sehingga lebih memudahkan saya memegangnya dengan jari. Berangsur-angsur saya  mengurangi banyaknya balutan selotip pada gagang garpu dan akhirnya saya mampu memegang garpu secara normal.
   Saya pun berlatih menggunakan sepeda statis yang kebetulan diberi pinjam oleh teman anak saya. Ternyata yang terasa sangat lemah adalah ujung jari kaki.  Dengan tekun saya berlatih sedikit demi sedikit sehingga ujung jari kaki terasa lebih kuat. Melatih kekuatan tangan secara utuh saya lakukan dengan menarik-narik stang sepeda statis dalam berbagai posisi tangan. Memang terasa lebih kuat  namun kakunya  tangan tetap masih terasa.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjr4yP5Qv2dEOGhGf97qD3qiOUKV7NQ7cbpyaQlpd7x7B9KOs25Pb79ltzKwAdUOL8lvkFh0tejzAGEOAmLiO-cym7RpYq5Vly6bGtvljO5mkAxK7B33242prjbC5IKGD2n5f-xbocb6RDt/s1600/sepedastroke1.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiuCoeM87LgokZcEwvC5D7COpY_C4i7uQeVtXJ8bqDpTyH0KL6LgvWquLfs40_RrJKgGTbgJZqqp7Lg-MFvyYIVEjolndMqLfk1PZBbBwBKBFWQZgj-Aj_edmxPCWTZccKWzHZLCA0AEcz/s1600/sepedastroke2.jpg
Gambar IV.1 Latihan dengan sepeda statis

Tiga bulan setelah stroke
            Setelah tiga bulan  saya menyandang stroke, frekuensi terapi  dengan terapis dari Rumah Sakit Advent saya kurangi jadi 1 minggu satu kali, seiring dengan menipisnya kondisi keuangan saya. Selama saya bekerja terlihat bahwa kaki kiri saya yang sakit sering bengkak pada sore hari setelah pulang kantor. Namun dokter maupun terapis mengatakan  hal itu bukan disebabkan penyakit seperti diabetes dan yang lainnya karena haya terjadi pada kaki yang sebelah saja, tapi mungkin karena melakukan aktifitas kerja dengan duduk terlalu lama, kaki tergantung  terlalu lama.
            Sebenarnya saya bekerja tidak selamanya duduk, sering juga saya berdiri atau berjalan di laboratorium instrumentasi elektronika tempat saya bekerja. Tapi yang saya simpulkan adalah mungkin karena  emosi dan pikiran yang tercurahkan saat saya bekerja. Ini saya bandingkan dengan apabila pada hari libur dimana saya merasakan suasana rileks, kaki saya tidak  membengkak.
            Saya merasa banyak perkembangan pada kondisi saya, mampu melakukan shalat secara normal tidak duduk dan ikut shalat Jum’at di mesjid pun bisa. Malah berat badan sayapun bertambah, karena saya memang suka makan. Pernah teman saya di kantor mengatakan, “pa Didi sakit tapi badannya tambah gemuk”.
            Saya menyempatkan pergi berlibur ke rumah saudara di Tangerang, berjam-jam saya duduk di mobil tidak terlihat kaki saya bengkak, karena saat itu saya merasakan suasana rileks. Di dalam mobil saya duduk biasa, terkadang bersandar di kursi dengan kaki terangkat, atau mungkin juga karena kaki saya mendapat getaran ketika duduk di mobil yang berjalan, maka kaki saya tidak membengkak.
            Dalam bepergian  saya selalu memperhitungkan kondisi saya karena saat itu saya masih belum bisa bertahan lama berjalan dan belum dapat menahan keinginan pipis terlalu lama. Saya mengatur diri agar sebisa mungkin tidak pipis dalam perjalanan. Biasanya kalau bepergian saya membawa tongkat, selain membantu cepat dalam berjalan, juga untuk sebagai tanda bahwa saya mempunyai kendala. Hal ini penting untuk mengingatkan  agar orang lain maklum bahwa ada orang yang mempunyai kendala. Misalnya saja jika saya  naik angkutan kota, hal ini sedikit akan mengurangi sikap ugal-ugalan pengemudi angkutan kota.
            Rileks adalah saat yang menyenangkan bagi penderita stroke. Secara bertahap sayapun  belajar untuk menahan keinginan pipis sekedar mampu menahan untuk pergi ke toilet. 


Gambar IV.2  Bepergian ke luar kota
            Stroke masih menggangu kelancaran saya berbicara, walaupun mulut saya tidak bengo saya berbicara masih agak pelo. Untuk berbicara agak baik bisa diusahakan dengan berbicara \lebih tenang. Kebetulan saya suka membaca sajak, maka saya lakukan membaca sajak dengan suara keras. Saya senang melakukannya, walaupun saya sudah berumur senja, saya suka membaca sajak karya Chairil Anwar seperti sajak “AKU” dan “Beta Pattirajawane”, “Krawang-Bekasi”. Saya bersemangat dan memanfaatkan waktu di tiap kesempatan untuk berlatih. Isteri sayapun memaklumi jika saya sedang berlatih bicara dengan membaca sajak dengan suara keras.
Orang stroke jangan dibuat kaget
            Orang dengan menyandang  stroke sangat sensitif terhadap kejutan-kejutan termasuk suara keras yang tiba-tiba.  Suatu malam saya berjalan tertatih-tatih menuju lemari di ruang tamu untuk menyimpan handphone (hp). Sesampainya  di dekat lemari saya menelusuri lemari untuk menyimpan hp saya, . Tiba-tiba hp isteri saya yang juga biasa disimpan di lemari berbunyi, langsung saya terpelorot jatuh  sehingga isteri saya kaget dan terbangun. Masih untung jatuhnya tidak langsung karena masih ada lemari sebagai sandaran.
            Ada juga pengalaman yang menarik saat saya masih sekitar 4 bulanan menyandang stroke. Suatu hari saya sedang berusaha membetulkan monitor komputer saya di ruang tamu, saya bekerja dengan penuh perhitungan, mengangkat membolak-balik monitor dengan sangat hati-hati.
            Seketika hujan turun secara tiba-tiba dan cukup besar. Setelah agak lama, isteri saya mendengar suara berisik di kamar, maka ia pergi ke kamar. Sesampainya di kamar ia berteriak karena ternyata terjadi bocor besar sampai ke kasur dan buku-buku yang di rak buku basah kena air. Spontan saya beranjak ke luar untuk mematikan pemutus listrik karena khawatir terjadi hubung-singkat listrik. Kemudian saya menuju kamar untuk membantu isteri saya memindahkan kasur, buku-buku yang basah kena air. Isteri saya mencegah saya untuk membantunya karena takut saya terpeleset jatuh, namun saya memaksanya. Tiba-tiba terdengar suara petir  menggelegar sangat keras dan seketika itu saya terjatuh karena kaget. Saya jatuh tapi langsung bisa bangkit kembali. Saya sadar ternyata saya masih rapuh, dengan suara petir pun saya terjatuh. Akhirnya saya duduk saja menyaksikan isteri dan anak saya bekerja mengeluarkan barang barang dari kamar.
            Kalau ada sesuatu kejadian dan saya melihatnya langsung terlebih dahulu, tidak membuat saya kaget. Tapi jika sesuatu terjadi tanpa saya sadari dari awal, saya akan terkejut dan goyah. Misalnya saya sedang berjalan dengan penuh konsentrasi, tiba tiba ada suara orang yang berjalan di belakang saya, menyapa, “sehat pa” atau “jalan jalan pa”, walaupun dengan suara lembut, saya akan kaget, goyah seketika.
            Rasa kaget dan kesal juga terjadi bila di jalan, pengendara mobil atau pengendara sepeda motor membunyikan klakson yang sebenarnya tidak terlalu perlu, mengganggu ketenangan yang bisa berakibat buruk, terutama bagi orang yang sedang sakit.
Bagaimana latihan terapi stroke
            Saya mengikuti anjuran dr Anam untuk melakukan terapi keterampilan tangan di bagian Rehabilitasi Medik RSHS. Tujuan dari rehabilitasi medik membantu pasen yang mempunyai kendala fisik untuk  mampu mandiri, melakukan pekerjaan sehar-hari.  Berbagai fasiltas terapi disediakan disana, seperti untuk terapi berbicara, terapi keterampilan tangan, terapi belajar berjalan, terapi dengan pemanasan menggunakan sinar infra merah dan sebagainya.
            Sebelum  melakukan terapi di fasilitas tertentu, dilakukan pemeriksaan dulu di ruangan para dokter, bisa jadi mereka adalah para dokter yang sedang mengambil spesialis syaraf. Kemudian nanti setelah diuji oleh dokter, direkomendasikan di fasilitas mana pasen harus  melakukan terapi.
            Di ruangan para dokter, saya diuji berbagai hal seperti, keseimbangan dalam berdiri. Disuruhnya saya berdiri kemudian didorongnya badan saya perlahan, bagaimana saya bisa menahan dorongan. Diujinya memori ingatan, dengan mengulang beberapa kata yang sebelumnya diucapkan dokter, menyuarakan berbagai kata, menggerakkan tangan dan jari, dan sebagainya. Kemudian setelah itu dilakukan terapi di fasilitas tertentu yang dianjurkan. Saya lebih banyak melakukan terapi keterampilan  tangan atau terapi okupasi.  
            Terapi okupasi dilakukan di bagian  Rehabilitasi Medik  dengan pak Kurniawan sebagai terapis, dilakukan seminggu 1 kali. Tujuannya adalah agar si penderita bisa mandiri seperti makan, minum, memakai baju, mandi dan sebagainya. Terapi diawali dengan cara duduk yang benar agar tidak membahayakan bagi penderita stroke, senam pemanasan yang utamanya menggerakan tangan secara keseluruhan dengan berbagai pola. Kemudian dilanjutkan dengan melatih keterampilan tangan kiri yang sakit, seperti memungut benda dengan jari dan memindah-mindahkannya, menumpuk beberapa  gelas plastik dan melepasnya kembali dari tumpukan.
            Pada latihan-latihan minggu berikutnya,  gerakan bertambah lagi seperti gerakan melap meja, menggunakan jepitan, memelintir beban agar bisa maju atau mundur, memasang dan melepas mur-baut, menangkap bola yang dilempar dan sebagainya, persis seperti anak-anak kecil bermain. Saya tidak melupakan sarapan pagi agar cukup punya energi untuk melakukan latihan.
            Bukan hasil yang menjadi target dalam latihan gerakan, tapi proses dalam melakukan gerakan itu berjalan dengan benar dengan sikap yang benar, seperti layaknya dilakukan orang yang sehat. Jika dalam latihan merasa lelah, saya berhenti sejenak dengan menarik nafas panjang, mengisap melalui hidung dan mengeluarkan nafas melalui mulut. Cukup menyenangkan dan  saya bersemangat melakukannya karena saya ingin sembuh agar tetap bisa mandiri. Gerakan dalam terapi cukup sederhana dan alat yang digunakan juga m didapat, sehingga saya juga bisa melakukannya sendiri di rumah.
            Benar kata orang bahwa stroke harus dilawan, posisi anggota badan yang cenderung  tidak baik karena stroke harus dilawan. Diubah menurut pikiran kita bagaimana sikap yang benar. Selalu harus diusahakan untuk ingat, dalam setiap kesempatan posisi badan harus selalu tegak, demikian juga tangan harus turun ke bawah, jangan dibiarkan tertarik ke dada. Memang kadang kadang saya juga lupa membiarkan posisi  tangan tertarik ke dada, dan itu manusiawi.
            Dengan latihan terapi okupasi, sepertinya kita melatih dan membiasakan cara alternatif untuk mengerjakan sesuatu. Diibaratkan kita biasa  pergi dari suatu tempat ke tempat lain  menggunakan satu jalan tertentu. Kemudian jalan tersebut rusak, maka kita menggunakan jalan yang lain dan membiasakannya dengan tetap berjalan dengan benar, dengan cara yang benar.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgnGjI6VC5gok6OlTSGYBHScFCX8LRVSJKMrmRtUgJMdkPKRl52wMi7o14sLeQKH2iowgOTMtGZTSwL0rPQvOHEIPuKomj6YxM9ICWZHlZjd0AxgilUV0g1yC-lxqlYBvuDmKOr4QO1jggb/s1600/kurniawan1rev.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM2WLswwz4HI2DKRNUxzYg3qdiBzMzp7f8FIND_qNaN8bnP9SYMtyvJalMxqOqlllP6VSMI6TLQUOC5AGoeExKlXN6LSjqJLvr5skMAEg_n4Zbz9t-d_HfD8KBBV2VpbFDqhfwnVQahYse/s1600/kurniawan2rev.jpg
   Gambar IV.3 Terapi okupasi


 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVlAVWd1E5mxNjwrsgPcdDs6Q1dPrdhVI43rRZiRaWhVD86vh934Rypqwc2ZKBMNq0YQ092GjmDAUgWQt71uEJ7sKqCCHFOfd8TfD1e65Xi-XjJUoRSlSLtPHMDRV71Gr8LjWPBoJJue3x/s1600/laih1.jpg

Gambar IV.4  Berlatih sendiri

Enam bulan setelah stroke
            Ahli terapi pernah menjelaskan kepada saya bahwa periode yang paling baik untuk terapi stroke adalah enam (6) bulan pertama, istilahnya adalah golden period. Artinya selama 6 bulan pertama itu akan efektif untuk pemulihan, setelah itu pemulihan akan hanya sedikt saja hasilnya.           Saya tidak peduli, saya berlatih terus dengan semangat, saya memisalkan seolah-olah golden period itu adalah selamanya. Enam bulan pertama selesai sebagai golden period  maka 6 bulan berikutnya adalah juga juga golden period.
            Enam bulan setelah stroke seperti biasa saya secara rutin kontrol ke klinik spesialis di RSHS  dengan dokter Anam, beliau mengatakan kepada saya bahwa gaya berjalan saya  tidak bagus dan akan melelahkan. Gerakan yang saya lakukan adalah gerakan kompensasi sebagai penyandang stroke, agak diseret. Hal itu tidak benar, akan melelahkan dan akan menimbulkan masalah kesehatan lain. Dokter melihat bahwa saya berjalan masih sedikit menggunakan pinggul dan diseret.. Berjalan yang baik sepenuhnya digerakkan oleh kaki serta ujung telapak kaki yang berfungsi menekan dan mengangkat.
            Dokter Anam menyarankan saya untuk berlatih gaya berjalan (Gait Control) di Santi Physiotherapy Clinic yang berdomisili di Jalan Merdeka, Bandung. Saya mengikuti sarannya dengan berlatih cara berjalan 1 kali seminggu dengan terapis bernama Bemi, seorang muda yang enerjik dan berlangsung kira kira 3 bulanan.
            Latihan gaya berjalan dimulai dengan pemanasan kaki menggunakan sinar infra merah, kemudian dilanjutkan peregangan serta latihan menggerakan kaki, sesudah itu barulah berlatih berjalan. Latihan gaya berjalan di antara 2 batang besi panjang di sisi kiri dan kanan sebagai pengaman. Berlatih bagaimana berjalan dengan benar, melangkah dan mengangkat kaki dengan otot kaki, bukan dengan badan atau pinggul. Juga dilatih bagaimana kaki melangkahi rintangan.
            Kalau disimpulkan, selama enam bulan pertama saya berlatih cukup banyak, berlatih untuk kuat dahulu, kemudian secara bertahap saya memperbaiki gerakan, baik tangan maupun kaki. Tiap hari saya tidak melewatkan berlatih sendiri  menggerakan tangan, bahkan terkadang 2 kali sehari dilakukan pada pagi hari dan sore. Kemudian malam hari menjelang tidur, kaki saya diterapi oleh anak bungsu saya, Listya namun tidak sepenuhnya seperti yang dilakukan oleh terapis dari Rumah Sakit Advent.
            Memang bagi anak perempuan saya, cukup berat mengangkat-angkat kaki saya yang berat dan kaku. Menerapi kaki saya terkadang sampai tak terasa saya tertidur. Anak saya mengatakan, jika saya sudah tertidur, menggerakan kaki saya lebih mudah, lebih ringan. Jadi berarti, kekakuan kaki akan berkurang jika pikiran rileks, berkonsentrasi untuk rileks.
            Di tempat tidur pun saya sering berguling-guling seperti anak kecil, saya buat kedua kaki saya beradu seolah bercengkrama antara kedua kaki saya, demikian juga dengan kedua tangan saya. Pada prinsipnya saya ingin seluruh anggota badan saya baik yang sakit ataupun yang sehat, selalu saling bantu membantu, berinteraksi. Sungguh tindakan yang didasarkan pada perasaan saya, bebas bergerak berguling-guling seperti anak kecil bermain.
            Saya pernah tanya dokter saya apakah rasa berat kaki dan tangan yang saya alami ini bisa hilang. Dokter hanya bilang, “sudahlah jangan pikirkan itu, yang harus disadari adalah bahwa anda sekarang hidup dengan menyandang stroke”. Tapi ada juga jawaban yang membesarkan hati seperti ingatlah  ketika anda datang pertama untuk terapi, apa yang bisa anda lakukan dan bandingkan dengan sekarang apa yang bisa anda lakukan. Ini jawaban logis, menambah semangat dan saya yakin bahwa saat mendatang, saya akan bisa lebih baik lagi.
            Saya juga pernah bertanya apakah sakit stroke ini bisa berulang. Dokter menjawab bisa berulang dalam periode 2 atau 5 tahun. Kalau begitu kemungkinannya, saya harus berusaha untuk segera sehat dulu, untuk mengantisipasi jika seandainya serangan stroke datang lagi.  
            Itulah semangat yang selalu ingin saya pelihara, saya harus sehat kembali, lebih cepat lebih baik. Saya tidak peduli saat saya berjalan ada orang yang memperhatikan, tetap saja berjalan dengan penuh konsentrasi.
       Demikianlah selama 6 bulan pertama sebagai periode yang disebut sebagai golden period, saya giat berlatih dengan semangat dan dukungan keluarga. Saya berlatih setahap demi setahap, saya selalu ingat pepatah dari negeri Tiongkok yang mengatakan, Thousand miles of journey  begins with a single step’, seribu mil perjalanan dimulai dengan satu  langkah yang kecil. Saya selalu ingin punya semangat walau saya tahu bahwa setiap orang juga akan lemah tak berdaya kemudian kaku nanti di akhir hayatnya, mati.
            Tidak melewatkan kesempatan olah raga sebagai terapi. Olah raga jadi segar, tidak ada istilah setelah olah raga jadi ngantuk atau lemas. Selang dalam olahraga dilakukan dengan menarik nafas panjang, menarik nafas dengan hidung, mengeluarkan nafas melalui mulut.
            Tanggal 2 September 2009 di bulan puasa sekitar jan 14.50 terjadi gempa yang berpusat di laut sekitar 140 km dari kota Tasikmalaya. Saat itu saya bersiap mau pulang karena di bulan puasa hari kerja kantor dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore. Guncangan gempa terasa sangat kuat dan mengkhawatirkan karena tempat kerja saya saat itu di lantai 3, tapi saya tidak terlalu gugup menghadapi gempa. Ketika banyak orang berlari keluar gedung, saya tidak ikut berlari keluar, tapi pergi ke meja dekat jendela sambil berpegangan pada meja dan kusen jendela, saya merasakan  guncangan gempa. Jika perlu saya akan berlindung di bawah meja.yang dekat ke jendela.
            Tapi tiba-tiba  rekan kerja yunior saya masuk ke ruangan untuk mengajak saya ke luar ruangan dan saya menolak. Sebaliknya saya menyuruh dia keluar ruangan menyelamatkan diri dan saya tetap akan berada dekat jendela walaupun atap eternit depan pintu ruangan saya sudah berjatuhan. Tak lama kemudian anak saya, Widya masuk juga ke ruangan untuk menyuruh saya begegas ke luar ruangan, namun tetap saya bersikeras untuk tetap berada di dekat jendela dan sebaliknya menyuruh mereka untuk bergegas ke luar gedung. Namun saya berpikir, kelihatannya mereka tidak mau ke luar dan untuk meredakan suasana akhirnya saya mengalah terpaksa mengikuti sarannya bergegas ke luar gedung dengan langkah tertatih tatih dari lantai tingkat ketiga.
            Dalam perjalanan ke luar gedung terasa goncangan gempa masih berlangsung. Akhirnya saya selamat sampai di luar gedung sebagai orang yang terakhir. Saya keluar masih sambil tertawa. Menghadapi situasi tersebut saya sedikitpun tidak merasa takut, tidak merasa gugup, mungkin karena saya sudah dari awal menyadarinya ada kejadian gempa, dan saya menyandang stroke, sudah tidak mungkin bisa lari.

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_RX-ABfTc6gqq5U_5F3VUNHG6qvrzJJaLoatcWAKVZoqPKr_lWs_Sz7nUIa-3lWO8ePxl7D3_zGloiXcgo3KKXXuMzAc2kK0iB4zGeIsopD0rCvqv_-qgMEcK95TvzMvdLmwDu7Lshv4Z/s1600/jalanseimbang2.jpg
 Gambar IV.5  Latihan keseimbangan


( Lebih baik sedikit demi sedikit jadi pulih daripada tidak melatih gerakan sehingga lama lama menjadi kaku)

2 komentar:

  1. Ilmu Nur Muhammad saya buat untuk menghadapi Fenomena Gaib akhir zaman karena banyak saudara kita yang menjadi korban atas keganasan fenomena gaib ini :

    * Sering sakit kembung seperti masuk angin

    * Sakit lambung disertai sendawa terus menerus

    * Sesak nafas seperti orang terkena asma

    * Kepala sakit dan tulang nyeri

    * Ada benjolan kecil berupa daging tumbuh dalam tubuh

    * Penyumbatan pembuluh darah

    * Mirip dengan kanker payudara dan hati

    * Badan lesu, lemah seperti terkena thypes

    * Timbul rasa was was, cemas, gelisah dengan tiba – tiba

    * Lumpuh mirip stroke

    * Ambien tak kunjung sembuh

    * Pilek menahun

    * Paranoid

    * Rasa ingin bunuh diri dan Gila tanpa sebab

    * Sakit dikemaluan dan ada benjolan ditestis

    * Dada nyeri sebelah kiri dan kanan seperti terkena serangan jantung

    * Ulu hati terasa sakit

    * Emosi tak terkendali

    Inilah beberapa fenomena gaib yang menyerang umat manusia saat ini, bila di cek secara fisik / medis terlihat, jika diminumkan obat tidak ada reaksi dari obat tersebut, apabila dibawa ke seorang praktisi / paranormal seperti santet tapi bukan santet, sihir, teluh atau guna – guna ( INGAT !!!, ini bukan terkena ilmu hitam ) , memang konsepnya seperti ilmu hitam, jika anda berfikir ini santet dll anda sudah masuk dalam jebakan demit, memang ini tujuannya agar umat manusia saling menuduh satu dengan yang lainnya.

    dibawa keahli ruqiah seperti terkena ain / ghalian, hilang saat itu juga 2 atau 3 hari datang lagi, posisi sakit bisa ditempat yang sama / pindah ditempat lain

    Tidak hanya fisik saja bahkan ada yang diuji secara ekonomi sulitnya mendapat uang hingga timbul rasa ingin melakukan tindakan kejahatan dan rumah tangga dibuat berantakan suami ribut dengan istri, anak sulit diatur dll

    ” Untuk anda yang belum terinfeksi diharapkan banyak amalkan surat Al – Kahfi ayat 1 s/d 10 dan ayat 101 / 110 ”



    Manfaat Nur Muhammad :

    – Mampu menghancurkan Khodam dan Sihir Jarak Jauh

    – Mampu membakar khodam musuh dan meyerang dari jarak jauh bahkan mampu membakar raja jin

    – Terhindar dari fitnah dajjal
    – Menjadi manusia insan sejati yang mencapai tingkatan luhur di sisi Allah SWT

    – Insya Allah terbebas dari perhitungan hisab alam kubur, dan mencapai sirathal mustaqim

    – Memiliki tingkatan kecerdasan pencerahan spiritual yang tinggi sehingga dapat membimbing seluruh umat manusia dari berbagai golongan agama, untuk menuju ke alam pencerahan sejati ( Nur Muhammad )

    – Mampu menundukan mahluk gaib dari bangsa jin, siluman, iblis

    – Mampu mengobati penyakit medis dan non medis

    – Mendeteksi penyakit medis dan non medis

    – Mengikis hawa nafsu hingga tingkat terdalam



    Syarat & Ketentuan :

    – Bisa datang langsung / Jarak Jauh

    – ADA PANTANGAN

    – KHUSUS MUSLIM

    – Kirimkan nama lengkap dan nama ibu kandung

    Note : Semua keilmuan Kanjeng Yunita diadakan pembuktian / dipraktekkan langsung semua keilmuan bisa ditajrib ( dibuktikan )

    0813 1482 1884

    http://kanjengyunita.com/2016/11/07/ilmu-nur-muhammad/

    BalasHapus