Selamat Datang

Terimakasih anda mengunjungi blog saya.

Sabtu, 24 Oktober 2015

The second life 5



V.     Semangat dan Dukungan Keluarga
            Seperti yang telah saya utarakan sebelumnya bahwa semangat dan dukungan keluarga sangatlah berarti untuk ketahanan orang yang menyandang stroke. Saya beruntung mempunyai seorang isteri yang selalu mengingatkan saya untuk jangan pernah jatuh, untuk selalu berhati-hati walaupun saya sering jatuh. Saya pernah jatuh karena suara petir, tapi saya juga pernah jatuh ketika dalam kondisi lengah.
            Waktu itu liburan Isra Miraj saya berada di jalan seorang diri hendak pergi ke rumah mertua di Sukajadi, saya bermaksud naik kendaraan angkutan kota. Bingung memilih antara 2 kendaraan angkutan kota yang akan saya hentikan, kaki saya terposisikan dalam keadaan  tidak siap dan akhirnya saya terjatuh. Namun saya bangkit sendiri dan menunggu kendaraan angkutan berikutnya. Memang sangat terasa walaupun secara keseluruhan kaki lebih cepat menjadi kuat dibandingkan dengan tangan, tetapi untuk keseimbangan badan yang bertumpu pada kaki yang sakit tidaklah cukup baik, masih lemah. Saya  mengamati kelemahan yang masih terjadi, bagian bagian mana yang masih terasa kurang dan setahap demi setahap memperbaikinya untuk lebih baik.  
            Walaupun tidak tercapai kondisi kuat seperti dulu ketika sehat, saya bisa menerimanya dan tetap semangat untuk berlatih menjadi kuat. Banyak orang yang tetangga di lingkungan tempat saya tinggal yang mengatakan bahwa kesembuhan saya karena ada faktor ekonomi yang menunjang, tetapi saya kira anggapan itu tidak terlalu benar. Menurut saya sebenarnya semangat dan dukungan keluarga yang sangat menentukan.
            Keluarga yang mengerti bahwa saya sakit, bisa menerima bahwa saya sakit. Keluarga yang bersabar dan ikhlas dalam membantu dan melayani saya. Keluarga yang tetap menjaga suasana lingkungannya bersih, tentram adalah sangat membantu kepulihan sakit saya dari sakit stroke. Bagi saya, itu semua tercipta karena peran seorang istri yang berperan sebagai ibu rumah tangga, bekerja dengan baik.
            Saya pegawai negeri sipil, gaji saya hanya cukup untuk kehidupan sederhana, tapi kami terbiasa menahan diri tidak konsumtif dan mendahulukan pendidikan anak-anak dengan kebutuhan makan yang sederhana. Tidak konsumtif dalam hal kebutuhan sandang dan alat-alat rumah tangga, meja, kursi di ruang tamu juga sederhana. Sebagai pegawai negeri, saya memang mempunyai kartu anggota Asuransi kesehatan (Askes) yang bisa saya manfaatkan untuk mendapatkan obat-obat generik secara gratis atau murah dan itu benar sangat membantu.

Gambar V.1  Ketika 25 tahun perkawinan

 
Gambar V.2  Ketika anak bungsu selesai dengan pendidikannya

            Satu hal yang sangat saya gemari adalah berpakaian yang praktis seperti T-shirt yang berukuran pas di badan saya, bertuliskan kata-kata yang mengundang semangat, seperti slogan-slogan militer dan sebagainya. Sungguh saya akan merasakan seperti mampu bertahan hidup. Kebetulan anak saya yang nomor 3, Pramudya Annahl Gammayani, adalah kamerawan dari salah satu perusahaan televisi swasta, sering mendapatkan kaos dari instansi militer yang diliput kegiatannya. Dia tidak terlalu suka dengan kaosnya, jadi diberikan kepada saya. Saya sering memakainya pada setiap kesempatan senam pagi di tempat kerja, hari Jumat pagi atau di hari libur.
            Setahun berlalu saya masih tetap giat berlatih, peregangan dan tetap selalu berusaha bergerak dengan benar, berjalan dengan benar,  tegak melihat kedepan,  mengayunkan tangan dan mengangkat kaki dengan benar. Ini benar, namun  masih berlangsung dengan konsentrasi pikiran. Yang saya inginkan adalah berjalan benar tanpa harus dipikirkan lagi.
            Saya jadi ingat dulu, lama sebelum stroke, saya biasa mengendarai sepeda motor sendirian untuk ke kantor. Mungkin karena disibukkan dengan pekerjaan yang sedang dihadapi atau memang jalan Hegarmanah yang dilalui sudah tak asing lagi bagi saya, kadang kala saya mengendarai motor sambil melamun, Terkadang saya tersadarkan ketika sudah ada di depan kantor pembayaran listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang ada di ujung jalan. Saat itu saya pernah berharap dalam hati, mudah-mudahan ada hal yang mengingatkan saya agar saya jangan suka melamun di jalan saat mengendarai motor. Saya takut dengan kecelakaan lalu lintas terhadap saya. Dan rupanya Tuhan menakdirkan saya mendapat serangan stroke. Dulu berjalan tanpa dipikir, sekarang berjalan harus dengan dipikir. Ya, saya harus sabar dan ikhlas menerimanya, namun tetap harus semangat untuk mengatasinya.
            Saya pun sering di hari libur, jalan jalan sendiri ke luar rumah. Walaupun saya berada di luar, tapi dalam pikiran,  saya  merasa tenang karena ada isteri di rumah. Begitulah mungkin ditakdirkan sebagai suami isteri yang saling membutuhkan, saling menunjang.
            Bisa saya simpulkan bahwa saat saya sembuh dari stroke pertama, tidak ada kendala susah pipis, tidak ada susah buang air besar, tidak ada keluhan yang berkaitan dengan sex.



Gambar V.3  Sembuh dari stroke pertama
Ber-facebook-ria
            Saya tidak ingin karena terkendala oleh stroke, hilang komunikasi dengan teman-teman maupun kerabat. Saya tetap gembira dan aktif berkomunikasi, bergabung melalui facebook di dunia maya. Disini saya punya kesempatan untuk bercengkrama dan mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran. Saya menceritakan pengalaman-pengalaman saya, termasuk juga sakit stroke. Sungguh sesuatu hal yang sangat menyenangkan.
            Namun ada hal yang harus diingat, untuk jangan terlalu lama duduk di depan komputer. Terlalu lama duduk, jelek akibatnya bagi orang stroke. Lebih baik dibiasakan dengan pekerjaan sehari-hari yang ringan seperti  mencuci piring, menyapu lantai dan lain sebagainya. Memang terkadang saya juga lupa waktu, berlama-lama duduk di depan komputer, keasyikan.
            Setahun sejak saya mendapat serangan stroke, saya merasa sakit stroke saya sudah sembuh. Demikian juga pendapat isteri dengan melihat penampilan saya, ia pernah berkata, “menurut saya, kang Didi sudah sembuh”.            Saya merasa mendapat bantuan dari banyak pihak dari mulai sopir taksi yang membawa saya ke rumah sakit Advent, tetangga yang ikut membopong saya dari rumah sampai ke taksi. Perawat dan dokter di ruang gawat darurat RS  Advent, para perawat ruangan dan para terapis di RS Advent,. Dokter Anam sebagai dokter spesialis syaraf dan juga terapis serta dokter di bagian Rehabilitasi Medik RSHS yang telah begitu besar perhatiannya dalam merawat, memberi semangat bagi kesembuhan saya.
            Saya memang tidak pulih 100%, saya belum bisa berlari, tapi saya cukup bisa mandiri, bertahan sebagai orang yang hidup dengan menyandang stroke. Kepada keluarga saya sangat berterima kasih terutama isteri dan anak-anak saya. Juga kepada keluarga dari pihak isteri saya dan  keluarga dari pihak saya. Mereka berkontribusi terhadap semangat saya.
Ucapan dalam menghadapi penderita stroke
            Serangan stroke bisa terjadi pada setiap orang dengan berbagai penyebabnya. Sebagai orang yang berinteraksi dengan banyak orang, baik itu teman atau kerabat, saya sebagai penyandang stroke banyak merasakan banyak hal. Saat awal kena serangan stroke, saya justru berkelakar menirukan orang yang sakit stroke berjalan, dan ternyata saya sendiri menjadi penyandang stroke.
            Sebagai penyandang stroke saya sering mendapat komentar dari teman atau mendoakan saya. Ucapan yang enak didengar saya sebagai penyandang stroke, “Pa Didi sakit, artinya Allah masih menyayangi pa Didi” atau, “Pa Didi sakit adalah kesempatan untuk melebur dosa”. Tetapi ada juga teman saya, seorang dokter, mengatakan, “Pa Didi nggak nurut nasihat dokter” atau, “Sudahlah jangan suka memikirkan orang lain” atau ada yang bercanda, “Kamu stroke, main dengan saya nanti saya bawa berlari”. Saya tidak akan menyebutkan apa yang kemudian terjadi,  hanya ingin mengingatkan dari pengalaman saya bahwa kejadian stroke bisa terjadi pada siapa saja, baik itu kepada dirinya sendiri atau kepada anggota keluarganya. Sakitnya bisa lebih buruk atau lebih ringan dari sakit saya. Oleh karena itu ucapan yang paling baik kepada orang yang sakit adalah ucapan yang menghibur  atau mendo’akan.
            Pernah satu saat saya naik angkot dan kebetulan angkotnya tidak penuh dengan penumpang. Melihat saya terkendala stroke, si sopir angkot ngomong menyarankan saya untuk berobat ke Dayeuhkolot, Bandung Selatan dengan menyebutkan satu nama seorang haji. Namun diembel-embeli dengan ngomong, “dijamin langsung bisa lari’. Saya hanya tersenyum saja mendengarnya, dalam hati memang dongkol juga, masa sih sekali berobat bisa langsung berlari.             Banyak cerita yang sepertinya dibesar-besarkan tapi kenyataanya tidak seperti yang diceritakan. Saya mengalaminya, mungkin bukan jodoh saya atau mungkin sakitnya berbeda.

(Tetap semangat mencoba untuk sembuh, berdo’a,  sabar dan tawakal menjalani ujian hidup)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar